12/06/2008

les mot questiones de francaise, kata-kata tanya dalam bahasa prancis

Mot interrogatif français English word Exemple de phrase
Qui…? Who…? Qui est l’héroïne?
*Quel/Quelle/Quels/Quelles…? What…? Quel est le problème?
Quand…? When…? Quand est le dîner?
Où…? Where…? Où est la grand-mère?
Pourquoi …? Why…? Pourquoi aimes-tu l’histoire?
Comment…? How…? Comment est ce que le loup s’habille?
Combien …? How many…? Combien de biscuits y a-t-il dans le panier?
Est-ce que…? Can I? May I? Can you? Are you? Did you? etc… Est-ce que la grand-mère est belle?
Que…? What…? Que penses-tu de l’histoire?
Qu’est-ce que …? What…? Qu’est-ce que le loup mange?
D’où…? From where D’où vient le loup?
*masculin, féminin, masculin pluriel et féminin pluriel

13/02/2008

menunduk melihat jari kaki

sudah berapa? baru berapa? masih berapa?

sejak kepala ini bersentuhan dengan atmosfer,
sejak hidung ini mulai menghirup udara,

sudah berapa kali jantung ku berdetak?
sudah berapa ribu liter oksigen aku konsumsi?
sudah berapa ribu liter karbondioksida aku keluarkan?
sudah berapa kotoran aku buang?
sudah berapa banyak makanan aku makan?
sudah berapa banyak obyek aku lihat?
sudah berapa zat aku kenal?
sudah berapa tempat aku datangi?
sudah berapa orang aku temui?
sudah berapa kata aku ucapkan?
sudah berapa huruf aku tulis?
sudah berapa hal aku pikirkan?
sudah berapa hal aku ciptakan?
sudah berapa kali aku menangis?
sudah berapa kali aku tertawa?
sudah berapa langkah kaki ku berjalan?
sudah berapa panjang rokok aku hisap?
sudah berapa ilmu aku ketahui?

sudah berapa kebaikan aku perbuat?
sudah berapa keburukan aku timbulkan?

apa lagi ya?
besok saja

04/02/2008

hyaaah

rasanya sudah lama aku tidak menyentuh mu, memebelai dengan kata biru yang aku ketikkan diatas lembaran biru mu.. yah, pardonez.. walau pun memang aku juga jarang menyentuhmu. Enam buah pesting belum membuktikan aku memang menyukaimu.. hemnn.. namun kali ini aku tetap akan memulai bersahabat dengan mu... tam.. semoga engkau berfungsi dengan baik.. ok? aku harap kamu setuju hitamtam..

aku sadari, nafasku saat ini memburu suatu yang sudah lama melekat di hidupku, yang belum juga usai. sebuah proses yang cukup panjang, jika proses tersebut dibandingkan dengan jenis proses yang sama pada teman-teman ku. namun dalam kehidupan sesungguhnya ini hanyalah singkat, hanya sekali dayung direngkuh, atau sebutir pasir dari gelas bagian atas yang jatuh bersama dengan pasir-pasir lain melewati lubang kapiler.. saat ini ku sampai pada ujung lubang kapiler bersama pasir-pasir lain yang akan jatuh kegelas bagian bawah, entah menagapa pasir itu belum juga jatuh, apakah ia mendahulukan pasir lain untuk melewati lubang kapiler ataukah ia tidak mempunyai keberanian dan kemampuan untuk melewatinya?
memang pasir pasir lain telah terjatuh, begitu juga hal-hal lain telah aku kerjakan dan aku selesaikan. namun, satu hal yang masih menjadi tanggungan nafas ku untuk menyelesaikan jalan yang aku lalui. pasir itu harus jatuh, proses ku harus selasai, aku pun akan mendapat gelar itu, walau aku kurang memperdulikannya.. aku hanya berdoa semoga jatuhnya pasir tersebut membawa satu hal baik yang bermanfaat bagi ku dan bagi orang-orang sekitar ku yang aku sayangi, dan juga orang orang lain yang akan memfungsikan unsur yang terkandung dalam pasir tersebut..aku harus tetapa berusaha melewati lubang kapiler tersebut dengan sekuat tenaga..
entah pasir mana yang nantinya akan bermanfaat untuk merubah watu dari pagi hingga senja..
aku selalu berdoa, semoga tidak ada pasir yang tertinggal di gelas bagian atas, saat senja nanti..
yah..saat senja nanti.... saat senja nanti....
je me trouve dans une guerre,
la guerre qu'il me fait prefere

27/11/2007

awang awang

Ketika orang lain sudah dan hampir selesai menyusun rencananya untuk beberapa minggu, bulan dan tahun kedepan, aku disini masih berkutat dengan diriku yang masih tak nyaman dengan tanganku yang enggan berbuat sesuatu, kakiku yang sangat berat untuk melangkah, otakku yang kosong karena berlubang dan tak mau menampung sesuatu, pun mataku yang terpaku pada satu jalur dimensi. Entah bagaimana manusia lain melihatku.

Ketika satu mulut hati ku berkata hajar saja apa yang ada, mulut hati ku yang lain berkomentar, mau jadi apa kamu tanpa berencana. Sesuatu lain muncul, kenapa kamu susah payah berpikir untuk berbuat sesuatu jika nafas yang kau hembuskan ini, belum mempunyai kejelasan tujuan. Pencarian yang manusia lakukan, termasuk yang engkau lakukan, mungkin berupa ketiadaan, atau malah keadaan yang sangat penting, walau sangat terkait dengan ruang dan waktu. Sesuatu yang sangat penting pada masa lalu akan menjadi sesuatu yang dibuang saat ini dan yang akan datang. Sesuatu yang berharga di tempat tertentu akan menjadi kotoran di tempat lain, walau kita tahu bumi memang bulat. Relativitas sangat berperan dalam hal ini. Ruang dan waktu merajai ujung konsep dan nilai-nilai kehidupan. Tapi yakin lah pencarian adalah proses yang bernilai dan berfungsi.

Jika aku melihat ke atas sana maka aku akan sangat kecil, sangat terlampaui oleh pohon pohon, gedung-gedung, pun pula awan luas yang selalu bergerak misterius, atau pun matahari yang dahsyat membuat bumi menjadi sangat terang. Namun ketika aku melihat kebawah, aku memang mempunyai ukuran yang sangat besar daripada sebutir pasir di telapak kaki, ataupun seekor semut yang berlari menghindar agar tak terinjak. Apakah yang dipikirkan sang semut? apakah dia hanya berusaha maksimal untuk menghindar agar tak terinjak, samakah dengan apa yang di pikirkan sang matahari di atas sana, bagaimana dengan aku, manusia. Apakah aku akan terbakar matahari. Dan matahari, akan kah ada yang akan menyiramnya?
Setidaknya kita dapat melihat ke atas untuk menjadi hebat, dan melihat ke bawah menghindari munculnya kesombongan diri kita agar ringan untuk berbagi.

Ruang, waktu, peran..
Hidup bukan sekedar ritual yang telah dikonstruksikan oleh para pendahulu, mungkin sesuatu pencapaian yang telah kita dapat akan memaknai hidup ini, dan membuat hikmah menjadi lebih berfungsi..
Mungkin saja...
karena aku belum saja bertemu dan bertegur sapa dengan hidup yang kamu maksud...

19/11/2007

flip and flip

Ancol Bligo, begitu sebutan tempat itu. tempat itu bebentuk dam, bendungan sungai progo yang merupakan pintu masuk air yang mengalir di selokan mataram hingga ke sungai opak di bagian timur yogyakarta. entah mengapa mereka menyebutnya ancol aku belum tahu pasti, yang jelas alat pengatur debit air tersebut terletak di desa bligo, salah satu desa perbatasan antara jawa tengah dan yogyakarta sebelah barat. Konstruksi yang menampung sungai tersebut setidaknya mulai dibuat sejak jaman orang jepang mulai menduduki bangsa ini.
Ketika kita menyusuri hulu bendungan ini, sampailah pada beberapa trip arung jeram yang cukup menantang dengan tingkat kesulitan yang lengkap. Trip yang terkenal dengan nama Progo Bawah merupakan salah satu jalur paling menantang yang berada ke arah ancol, karena trip ini berakhir kurang lebih 1 km dari bendungan ancol. Salah satu jeram besar yang memiliki nilai grid jeram kurang lebih 5 yang sering di sebut sebagai jeram Budhil, terdapat di jalur ini. Menyusur arah hulu adalah Progo Atas, memiliki tingkat kesulitan sedikit lebih mudah dari Progo Bawah. Sampai ketika ditruskan lagi ke atas, akan sampai pada jalur Elo, tempat para pemula dan para wisatawan jeram menikmati pengarungannya dengan tingkat kesulitan yang cocok untuk pemula.
Itu kalau kita menyusuri bagian atas, namun berbeda ketika kita menyusuri arah hilir setelah ancol. Suatu jalur yang tidak seseram jalur atasnya. Jalur yang sangat cocok buat bermain kayak, entah itu pake hardcell ataupun inflatable kanoe. Kalau dihitung ada beberapa jeram yang memerlukan energi ekstra untuk melewatinya, ketika debit air besar, setidaknya sampai suatu tempat yang dikenal penduduk setempat dengan nama Njalin. Menurut informasi, setelah tempat itu, permukaan sungai berbentuk flat, jadi kurang menantang untuk diarungi dengan tujuan adventure.
Kebetulan beberapa hari yang lalu aku sempat menyusurinya di atas inflatable kayak dengan bahan dalamnya hard foam. Saat itu pengarungan ku bersama 4 orang yang tergabung dalam satu tim, dengan mamakai 2 kayak kapasitas doubel. Aku berdua sama angga anak mapa yang saat itu dipilih jadi skiper ku, sedangkan kayak yang lain diisi oleh shidik sebagai skiper dan yubi mengambil posisi depan. Petualangan ini bagi Yubi dan aku adalah yang pertama di jalur tesebut, namun bagi angga dan shidik ini adalah yang kesekian kalinya.
Titik start kami adalah badan sungai setelah dam ancol. Kayak pertama yaitu kayak aku dan angga melaju mendahului kayak kedua. Melewati beberapa jeram kecil, yang bagi kami merupakan pemanasan. Pada jeram yang ke 4, kami sempat ngeFlip-kayak terbalik dan kami tumpah ke sungai-, begitu pula shidik dan yubi di belakang. Yah mungkin karena aku sering bermain air, entah mengapa arus sederas saat itu belom membuatku panik, dan aku berharap jangan sampai panik. Pada saat flip terjadi aku hanya melihat angga dan melakukan apa yang ia lakukan. Ternyata ia dengan keras berusaha menggapai kayak dan neik ke atas kayak, dan aku pun menirukannya. Karena kayak terbalik, kami harus membaliknya seperti semula, setelah sampai pada arus permukan yang lebih tenang. Kami pun melanjutkan pengarungan, dilengkapi dengan luka bagian kaki angga. Pengarungan kami lanjutkan sambil menikmati pemandangan lembah progo yang begitu indah dihiasi oleh tembok2 vertikal beratap semak dan rerumputan. Sempat juga kami lewat dibawah jembatan gantung yang hanya cukup dilalui maksimal sepeda motor. Jeram berikutnya, kami sempat ngeflip begitu juga kayak yang dikendarai shidik jauh yang jauh dibelakang kami. Flip ini terjadi karena keseimbangan kami kurang, kayak double tersebut mempunyai bentuk ramping dan sangat susah untuk mempertahankan keseimbangan karena sangat membutuhkan kerjasama dan pengertian yang lebih antar penumpang supaya keseimbangan dapat dicapai. Waktu itu aku memilih mendayung bagian kiri dan angga sebagai skiper mendayung sisi kanan kayak.
Setelah jeram tersebut kami melewati arus tabrak, yang sangat bergolak dan kemungkinan membentuk suatu gejala undercut, kami hanya bisa memperbincangkannya seumpama ada seseorang masuk kedalam sana, apa yang akan terjadi.. Setelah bentukan tersebut, kami mendapati beberapa jaring yang dibentangkan memotong sungai. Kami berpikir bahwa jaring tersebut memang sengaja dibentang untuk menangkap ikan oleh nelayan2 sungai, begitulah cara mereka mendapatkan ikan dari sungai selain dengan alat pancing. Kami pun melewatinya dengan hati2, berharap jaring tidak tersangkut kayak kami. Lepas dari itu kami bertemu dengan dua pemancing yang ada di pinggir sungai, kami pun saling tegur sapa dengan agak berteriak. Di depan kami menghadapi lagi jeram yang agak panjang, namun kali ini kami dapat melaluinya tanpa terbalik.
Sungai yang berliku tersebut membuat kami terpisah jauh, shidik dan jauh tertinggal di belakang. Setelah berunding kami pun memutuskan untuk menunggu kayak kedua di tepi sungai, sambil minum air putih yang kami bawa. Lama kami menunggu kayak kedua belum terlihat juga. Hingga kami sempat berpikir pasti mereka mengalami trouble. Begitu Kayak shidik terlihat kecil di arah hulu, kami heran "kok dayung yang dipakai naik naik, seperti memakai double pedal saja." setelah mendekat, ternyata shidik memang mengubah dua buah singel pedal menjadi satu buah double pedal. karena ia memang sendiri. Lalu ada apa dengan yubi? setelah kami bertanya ternyata yubi ditinggal di tepi sungai karena dia menyerah dah tidak sanggup menyelesaikan pengarungan. Yubi memilih pulang jalan kaki disambung dengan naik bis atau mbonceng motor yang lewat. Padahal, menurut shidik, yubi pulang dengan celana yang sobek karena beberapa kali renang jeram ketika tumpah karena kayak terbalik.
Akhirnya kami pun melanhutkan perjalanan kami sampai Njalin. Njalin merupakan tempat terakhir kami sekaligus merupakan pertemuan dua sungai yang di bagian hilir membentuk jeram yang panjang dan besar. Tempat ini terpisahkan oleh bebatuan yang hampir membentuk delta di tengah sungai. Main stream terdapat di sungai bagian kanan. Pertama kali kami memilih sungai bagian kanan karena terlihat begitu menantang. Tidak biasanya dadaku berdegup semakin kencang ketika hampir masuk di jeram ini, mungkin karena melihat bentukan yang begitu menakjubkan. Dayung berayun terus secara cepat menghindar dari hole yang terbentuk di tengah jalur, lepas dari hole, keseimbangan kami mulai goyah, dan fiuh, kayak terbalik, seperti yang sudah sudah, kami langsung menggapai kayak yang terlepas dan membaliknya. Pinggulku tersasa sakit terkena batu, kakiku sedikit berdarah nafasku terengah-engah. Kemudian kami berniat untuk mengulangi pengarungan untuk jeram Njalin yang terakhir, habis itu pulang. Pengarungan kedua di tempat tersebut dimulai dari sisi kanan jalur dimana kami membawa naik kayak ke arah hulu. Sekali lagi kami melewati jeram tersebut, namun perasaan ku sudah mulai tenang, tidak seperti pertama tadi. Seperti awal kami pun mengayunkan datung, Angga mulai berteriak memberi komando untuk mengatur badan demi sebuah keseimbangan kayak.. setelah beberapa goncangan di kayak, kami pun melewatinya tanpa terbalik. Rasa puas pun nenyelimuti hatiku. Yah.. mulai saat itu aku ingin sekali bermain di atas sungai, lagi.
Setelah kami putus kan mengakhiri pengarungan itu, kami harus menyebrang sungai untuk dapat keluar, karena jalan yang harus kami lewati berada di sisi kiri sungai. Kami menyebrang dengan kayak kami, namun ketika sampai pada perpisahan arus, kayak kami terbawa melewati sisi kiri dan masuk pada arus yang deras. Dalam keadaan seperti itu kami memutuskan untuk mengarung pada arus yang sebelah kiri. Dengan mulusnya kami melewati jeram yang lumayan panjang tersebut.
Kembali kami mencoba untuk menyeberangkan kayak kami. Kali ini kami dapat mencapai tepi sungai paling kiri, lalu kami menaikkan kayak menuju titik penjemputan kami di dusun Jongrang.
get ur paddle ride ur kayak!!!