19/11/2007

flip and flip

Ancol Bligo, begitu sebutan tempat itu. tempat itu bebentuk dam, bendungan sungai progo yang merupakan pintu masuk air yang mengalir di selokan mataram hingga ke sungai opak di bagian timur yogyakarta. entah mengapa mereka menyebutnya ancol aku belum tahu pasti, yang jelas alat pengatur debit air tersebut terletak di desa bligo, salah satu desa perbatasan antara jawa tengah dan yogyakarta sebelah barat. Konstruksi yang menampung sungai tersebut setidaknya mulai dibuat sejak jaman orang jepang mulai menduduki bangsa ini.
Ketika kita menyusuri hulu bendungan ini, sampailah pada beberapa trip arung jeram yang cukup menantang dengan tingkat kesulitan yang lengkap. Trip yang terkenal dengan nama Progo Bawah merupakan salah satu jalur paling menantang yang berada ke arah ancol, karena trip ini berakhir kurang lebih 1 km dari bendungan ancol. Salah satu jeram besar yang memiliki nilai grid jeram kurang lebih 5 yang sering di sebut sebagai jeram Budhil, terdapat di jalur ini. Menyusur arah hulu adalah Progo Atas, memiliki tingkat kesulitan sedikit lebih mudah dari Progo Bawah. Sampai ketika ditruskan lagi ke atas, akan sampai pada jalur Elo, tempat para pemula dan para wisatawan jeram menikmati pengarungannya dengan tingkat kesulitan yang cocok untuk pemula.
Itu kalau kita menyusuri bagian atas, namun berbeda ketika kita menyusuri arah hilir setelah ancol. Suatu jalur yang tidak seseram jalur atasnya. Jalur yang sangat cocok buat bermain kayak, entah itu pake hardcell ataupun inflatable kanoe. Kalau dihitung ada beberapa jeram yang memerlukan energi ekstra untuk melewatinya, ketika debit air besar, setidaknya sampai suatu tempat yang dikenal penduduk setempat dengan nama Njalin. Menurut informasi, setelah tempat itu, permukaan sungai berbentuk flat, jadi kurang menantang untuk diarungi dengan tujuan adventure.
Kebetulan beberapa hari yang lalu aku sempat menyusurinya di atas inflatable kayak dengan bahan dalamnya hard foam. Saat itu pengarungan ku bersama 4 orang yang tergabung dalam satu tim, dengan mamakai 2 kayak kapasitas doubel. Aku berdua sama angga anak mapa yang saat itu dipilih jadi skiper ku, sedangkan kayak yang lain diisi oleh shidik sebagai skiper dan yubi mengambil posisi depan. Petualangan ini bagi Yubi dan aku adalah yang pertama di jalur tesebut, namun bagi angga dan shidik ini adalah yang kesekian kalinya.
Titik start kami adalah badan sungai setelah dam ancol. Kayak pertama yaitu kayak aku dan angga melaju mendahului kayak kedua. Melewati beberapa jeram kecil, yang bagi kami merupakan pemanasan. Pada jeram yang ke 4, kami sempat ngeFlip-kayak terbalik dan kami tumpah ke sungai-, begitu pula shidik dan yubi di belakang. Yah mungkin karena aku sering bermain air, entah mengapa arus sederas saat itu belom membuatku panik, dan aku berharap jangan sampai panik. Pada saat flip terjadi aku hanya melihat angga dan melakukan apa yang ia lakukan. Ternyata ia dengan keras berusaha menggapai kayak dan neik ke atas kayak, dan aku pun menirukannya. Karena kayak terbalik, kami harus membaliknya seperti semula, setelah sampai pada arus permukan yang lebih tenang. Kami pun melanjutkan pengarungan, dilengkapi dengan luka bagian kaki angga. Pengarungan kami lanjutkan sambil menikmati pemandangan lembah progo yang begitu indah dihiasi oleh tembok2 vertikal beratap semak dan rerumputan. Sempat juga kami lewat dibawah jembatan gantung yang hanya cukup dilalui maksimal sepeda motor. Jeram berikutnya, kami sempat ngeflip begitu juga kayak yang dikendarai shidik jauh yang jauh dibelakang kami. Flip ini terjadi karena keseimbangan kami kurang, kayak double tersebut mempunyai bentuk ramping dan sangat susah untuk mempertahankan keseimbangan karena sangat membutuhkan kerjasama dan pengertian yang lebih antar penumpang supaya keseimbangan dapat dicapai. Waktu itu aku memilih mendayung bagian kiri dan angga sebagai skiper mendayung sisi kanan kayak.
Setelah jeram tersebut kami melewati arus tabrak, yang sangat bergolak dan kemungkinan membentuk suatu gejala undercut, kami hanya bisa memperbincangkannya seumpama ada seseorang masuk kedalam sana, apa yang akan terjadi.. Setelah bentukan tersebut, kami mendapati beberapa jaring yang dibentangkan memotong sungai. Kami berpikir bahwa jaring tersebut memang sengaja dibentang untuk menangkap ikan oleh nelayan2 sungai, begitulah cara mereka mendapatkan ikan dari sungai selain dengan alat pancing. Kami pun melewatinya dengan hati2, berharap jaring tidak tersangkut kayak kami. Lepas dari itu kami bertemu dengan dua pemancing yang ada di pinggir sungai, kami pun saling tegur sapa dengan agak berteriak. Di depan kami menghadapi lagi jeram yang agak panjang, namun kali ini kami dapat melaluinya tanpa terbalik.
Sungai yang berliku tersebut membuat kami terpisah jauh, shidik dan jauh tertinggal di belakang. Setelah berunding kami pun memutuskan untuk menunggu kayak kedua di tepi sungai, sambil minum air putih yang kami bawa. Lama kami menunggu kayak kedua belum terlihat juga. Hingga kami sempat berpikir pasti mereka mengalami trouble. Begitu Kayak shidik terlihat kecil di arah hulu, kami heran "kok dayung yang dipakai naik naik, seperti memakai double pedal saja." setelah mendekat, ternyata shidik memang mengubah dua buah singel pedal menjadi satu buah double pedal. karena ia memang sendiri. Lalu ada apa dengan yubi? setelah kami bertanya ternyata yubi ditinggal di tepi sungai karena dia menyerah dah tidak sanggup menyelesaikan pengarungan. Yubi memilih pulang jalan kaki disambung dengan naik bis atau mbonceng motor yang lewat. Padahal, menurut shidik, yubi pulang dengan celana yang sobek karena beberapa kali renang jeram ketika tumpah karena kayak terbalik.
Akhirnya kami pun melanhutkan perjalanan kami sampai Njalin. Njalin merupakan tempat terakhir kami sekaligus merupakan pertemuan dua sungai yang di bagian hilir membentuk jeram yang panjang dan besar. Tempat ini terpisahkan oleh bebatuan yang hampir membentuk delta di tengah sungai. Main stream terdapat di sungai bagian kanan. Pertama kali kami memilih sungai bagian kanan karena terlihat begitu menantang. Tidak biasanya dadaku berdegup semakin kencang ketika hampir masuk di jeram ini, mungkin karena melihat bentukan yang begitu menakjubkan. Dayung berayun terus secara cepat menghindar dari hole yang terbentuk di tengah jalur, lepas dari hole, keseimbangan kami mulai goyah, dan fiuh, kayak terbalik, seperti yang sudah sudah, kami langsung menggapai kayak yang terlepas dan membaliknya. Pinggulku tersasa sakit terkena batu, kakiku sedikit berdarah nafasku terengah-engah. Kemudian kami berniat untuk mengulangi pengarungan untuk jeram Njalin yang terakhir, habis itu pulang. Pengarungan kedua di tempat tersebut dimulai dari sisi kanan jalur dimana kami membawa naik kayak ke arah hulu. Sekali lagi kami melewati jeram tersebut, namun perasaan ku sudah mulai tenang, tidak seperti pertama tadi. Seperti awal kami pun mengayunkan datung, Angga mulai berteriak memberi komando untuk mengatur badan demi sebuah keseimbangan kayak.. setelah beberapa goncangan di kayak, kami pun melewatinya tanpa terbalik. Rasa puas pun nenyelimuti hatiku. Yah.. mulai saat itu aku ingin sekali bermain di atas sungai, lagi.
Setelah kami putus kan mengakhiri pengarungan itu, kami harus menyebrang sungai untuk dapat keluar, karena jalan yang harus kami lewati berada di sisi kiri sungai. Kami menyebrang dengan kayak kami, namun ketika sampai pada perpisahan arus, kayak kami terbawa melewati sisi kiri dan masuk pada arus yang deras. Dalam keadaan seperti itu kami memutuskan untuk mengarung pada arus yang sebelah kiri. Dengan mulusnya kami melewati jeram yang lumayan panjang tersebut.
Kembali kami mencoba untuk menyeberangkan kayak kami. Kali ini kami dapat mencapai tepi sungai paling kiri, lalu kami menaikkan kayak menuju titik penjemputan kami di dusun Jongrang.
get ur paddle ride ur kayak!!!

Aucun commentaire: